Laporan Praktikum Kimia Lanjutan Uji Angka Asam Minyak Goreng
Laporan Praktikum Kimia Lanjutan
Asisten :
Muhammad Alwi Al Fayed, S.TP.
Hari/Tanggal : Senin, 14 November 2022
UJI ANGKA ASAM MINYAK GORENG
Nama : M.
Galuh Sulthan Naufal
NIM : 2105106010070
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika pada larutan minyak, zat tersebut bersifat asam yang tinggi, maka efek dari titrasi akan membuat larutan minyak tersebut menjadi merah muda dengan cepat saat proses titrasi. Sementara jika kebalikannya zat asam yang dihasilkan rendah maka pada saat titrasi akan terjadi perubahan warna merah muda yang lama dan memerlukan volume naoh yang lebih banyak dari yang sebelumnya.
Angka asam perlu diperhatikan sebagai parameter dalam suatu produk minyak. Produk minyak bumi baru, bekas, dan biodiesel mungkin mengandung konstituen asam yang hadir sebagai aditif atau sebagai produk degradasi hasil reaksi yang terbentuk, seperti suatu spesi yang oksidatif. Jumlah relatif bahan-bahan ini dapat ditentukan dengan titrasi dengan basa. Bilangan asam digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian mutu formulasi minyak pelumas, atau digunakan sebagai ukuran degradasi pelumas. Namun, berbagai produk oksidasi berkontribusi pada bilangan asam dan asam organik sangat bervariasi dalam sifat korosi, sehingga metode pengujian ini tidak dapat sepenuhnya digunakan untuk memprediksi korosifitas minyak. Tidak ada korelasi umum yang diketahui antara bilangan asam dan kecenderungan korosif minyak terhadap logam.
Uji angka asam bertujuan mengetahui banyaknya asam lemak bekas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Prinsip kerjanya yaitu disiapkan dua tabung, tabung pertama diisi 2,5 Gram sampel minyak goreng ditambah 12,5 ml eter dan 0,25 ml indikapor phenolpthalin. Lalu divorteks dan titrasi dengan 0,1 N KOH sampai bewarna pink/merah muda.
Minyak kelapa dan margarin digunakan sebagai subtract, eter sebagai pelarut, indikator phenolpthalin sebagai indikator warna basa (dalam suasana basa berwarna merah muda), dan KOH sebagai pemutus ikatan asam lemak.
Fungsi
penambahan indikator phenophetalein pada penelitian ini adalah sebagai
indikator pembuktian bahwa sampel tersebut bersifat basa atau asam pada saat
penambahn indikator phenophetalein larutan tidak berwarnah maka larutan
tersebut bersifat asam lemak bebas maka dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai
berubah warna menjadi warna merah muda, dengan itu kita dapat menghitung
kadarnya. Fungsi perlakuan divorteks yaitu agar larutan tercampur (Homogen),
selanjutnya dititrasi dengan 0,1 N KOH sampai merah muda sebagai untuk
mengetahui seberapa banyak KOH yang diperlukan untuk menetralisasi minyak
kelapa dan margarin dan juga indikator agar dapat menghitung kadarnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum
yang didapat dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mampu untuk
menganalisis dan menghitung angka asam minyak goreng.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada uji keasaman, Minyak goreng adalah salah
satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa sawit. Produksi
industri minyak kelapa sawit dunia dan Indonesia mengalami peningkatan.
Industri minyak goreng kelapa sawit di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah adalah
minyak goreng yang dijual ke pasar tanpa menggunakan merek dan label produk,
biasanya ditempatkan di jerigen besar atau drum kemudian dijual literan kepada
konsumen sedangkan minyak goreng bermerek adalah minyak goreng yang ditawarkan
ke pasar dengan menggunakan kemasan khusus (baik botol, jerigen, atau plastik)
yang mempunyai merek perusahaan produsen serta label mengenai segala sesuatu
tentang produk (Fahrina, 2018) Uji Keasaman Produk. Semarang. UNIMUS
Lemak dan
minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3),
benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut
yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama
dengan pelarut tersebut. Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam
pelarut yang sama polaritasnya dengan zat terlarut tetapi polaritas bahan dapat
berubah karena adanya proses kimiawi misalnya asam lemak dalam larutan KOH
berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga
mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air (Setiawan, 2016). Keasaman
minyak. Semarang. UNDIP
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk
umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini
didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat,
sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada
strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya
ikatan ganda dua karbon juga berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam
lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak
sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam strearat dan
palmitat, biasanya adalah lemak. (2016, Purwono). Tingkat Keasaman-lemak pada
minyak goreng. Malang. Poltekes Kemenkes.
Lemak adalah salah satu sumber zat gizi makro
yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak merupakan suatu senyawa biomolekul, mempunyai
sifat umum larut dalam pelarut-pelarut organik seperti eter, kloroform dan
benzen, tetapi tidak larut dalam air. Lemak dan minyak yang kita kenal dalam
makanan sehari-hari sebagian besar terdiri dari senyawa yang disebut
trigliserida atau triasilgliserol. Senyawa ini merupakan ikatan ester antara
asam lemak dan gliserol. Asam lemak disusun oleh rangkaian karbon dan merupakan
unit pembangun yang sifatnya khas untuk setiap lemak. Ikatan antara karbon yang
satu dengan yang lainnya pada asam lemak dapat berupa ikatan jenuh dan dapat
pula berupa ikatan tidak jenuh (rangkap) satu. (Edwar, 2013). Asam-Lemak minyak
Makassar UMI
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum kali ini adalah senin, 14 November
2022 pukul 12.00 WIB di laboratorium teknik pasca panen program studi teknik
pertanian fakultas pertanian universitas syiah kuala.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Alat:
1. Gelas Beaker 100 ml
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Gelas Ukur
4. Buret
5. Corong
6. Pipet Tetes
Bahan:
1. Asam Cuka (CH3COOH)
2. Aquades
3. NaOH 4,5
4. Indikator PP
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dari praktikum
kali ini adalah sebagai berikut:
1. Dimasukkan Asam Cuka 4,5 N kedalam buret.
2. Dituang 10 ml larutan basa (NaOH) yang telah
diencerkan terlebih dahulu kedalam gelas kimia.
3. Dimasukkan indikator PP sebanyak 3 tetes
kedalam gelas kimia berisi larutan basa.
4. Ditetesi larutan basa dengan Asam Cuka hingga
warna larutan yang merah muda berubah menjadi bening.
5. Dicatat jumlah Asam Cuka (ml) yang diberikan pada saat titrasi larutan Basa.
6. Dihitung konsentrasi larutan Basa menggunakan rumus.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan yang didapat pada
praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel.1
Hasil percobaan penentuan titik beku dan titik didih
Percobaan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.2 Analisa Data
4.3
Pembahasan
Pada Minyak Goreng merupakan kebutuhan pokok
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak adalah zat makanan
yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Masyarakat
menggunakan minyak goreng untuk menggoreng makanan, namun dengan alasan
menghemat ekonomi, masyarakat menggunakan minyak goreng lebih dari dua kali
penggorengan.
Minyak goreng tersusun atas asam lemak berbeda
yaitu sekitar dua puluh jenis asam lemak. Setiap minyak atau lemak tidak ada
yang hanya tersusun atas satu jenis asam lemak, karena minyak atau lemak selalu
ada dalam bentuk campuran dari beberapa asam lemak. Asam lemak yang dikandung
oleh minyak sangat menentukan mutu dari minyak, karena asam lemak tersebut
menentukan sifat kimia dan stabilitas minyak.
Secara umum komponen utama minyak yang sangat
menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak menentukan sifat
kimia dan stabalitas minyak. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya,
yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang menimbulkan rasa
gatal pada tenggorokan. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol Titik asap
suatu minyak goreng tergantung pada kadar gliserol bebasnya. Makin tinggi kadar
gliserol makin rendah titik asapnya, artinya minyak tersebut makin cepat
berasap. Makin tinggi titik asapnya, makin baik mutu minyak goreng tersebut.
Minyak jelantah adalah minyak yang sudah
digunakan untuk menggoreng lebih dari 2x pemakaian, sehingga terjadi perubahan
warna coklat tua atau kehitaman. Penggunaan minyak goreng secara berlangsung akan
menyebabkan proses oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian membentuk
gugus peroksida dan monomer siklik. Kandungan senyawa pada minyak tersebut
dapat menyebabkan dampak negatif bagi yang mengkonsumsinya, karena dapat menyebabkan
keracunan dan dapat merangsang terjadinya kanker kolon.
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang
mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh
mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik
vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak
jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya. asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak
lazim,terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturat.
Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.
Titik cair suatu lemak atau minyak dipengaruhi
oleh sifat asam lemak penyusunnya, diantaranya panjang rantai C, jumlah ikatan
rangkap, dan bentuk cis atau trans pada asam lemak tak jenuh. Semakin panjang
rantai C-nya maka titik cair semakin tinggi. Sebaliknya, semakin banyak ikatan
rangkap, maka titik cair semakin rendah. Hal ini disebabkan ikatan rangkap
antar molekul asam lemak tak jenuh tidak lurus sehingga kurang kuat ikatannya.
Adapun bentuk trans menyebabkan titik cair lebih tinggi daripada asam lemak
dalam bentuk cis.
Berdasarkan strukturnya lemak mempunyai wujud
cair dan padat. Wujud padat dan cairnya lemak dipengaruhi olehtingkat kejenuhan
asam lemak yang terdapat di dalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya
terutama asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya
disebut sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam
lemak jenuh akan berbentuk padat.Lemak mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh
kita.
Asam lemak berdasarkan panjang rantai meliputi
asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) yang mengandung jumlah
atom karbon C-4 sampai dengan C-8; asam lemak rantai sedang (medium chain fatty
acids, MCFA) yang mengandung atom karbon C-10 dan C-12 serta asam lemak rantai
panjang (long chain fatty acids, LCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-14
atau lebih.
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap, asam lemak
terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh dapat
dibagi lagi menjadi tiga golongan, yaitu asam lemak jenuh (Saturated fatty
acid, SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (mono unsaturated fatty acids, MUFA),
dan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Titik
2.
5.2 Saran
Adapun
saran yang didapat pada praktikum kali ini adalah agar fasilitas dan media
praktikum diperbarui dan dijelaska dengan jelas agar para praktikan memahami
secara menyeluruh.
Komentar
Posting Komentar